Pages

Protokol Routing

Protokol routing yang akan saya bahas pada blog ini ada 3, yaitu RIP, BGD, dan OSPF.

Routing Information Protocol (RIP)
Routing Information Protocol (RIP) adalah sebuah protokol routing dinamis yang digunakan dalam jaringan LAN (Local Area Network) dan WAN (Wide Area Network). Karena itu protokol ini diklasifikasikan sebagai Interior Gateway Protocol (IGP). RIP mengimplementasikan split horizon, rute holddown keracunan dan mekanisme untuk mencegah informasi routing yang tidak benar dari yang disebarkan. RIP dilaksanakan di atas User Datagram Protocol sebagai protokol transport. Ini adalah penugasan yang dilindungi oleh  undang-undang nomor port 520.

RIP merupakan salah satu protokol routing distance vector yang digunakan oleh ribuan jaringan di dunia. Fakta membuktikan bahwa RIP berdasarkan open standard dan mudah diimplementasikan. Akan tetapi RIP membutuhkan konsumsi daya yang tinggi dan membutuhkan fitur router routing protokol.

IGRP yang merupakan contoh routing protokol yang menggunakan algoritma distance vector yang lain. Tidak seperti RIP, IGRP merupakan routing protokol yang dibuat oleh Cisco. IGRP juga sangat mudah diimplementasikan, meskipun IGRP merupakan routing potokol yang lebih komplek dari RIP dan banyak factor yang dapat digunakan untuk mencapai jalur terbaik.

Versi-versi RIP
RIP versi 1

Spesifikasi asli RIP, didefinisikan dalam RFC 1058, classful menggunakan routing. Update routing periodik tidak membawa informasi subnet, kurang dukungan untuk Variable Length Subnet Mask (VLSM). Keterbatasan ini tidak memungkinkan untuk memiliki subnet berukuran berbeda dalam kelas jaringan yang sama. Dengan kata lain, semua subnet dalam kelas jaringan harus memiliki ukuran yang sama. Juga tidak ada dukungan untuk router otentikasi, membuat RIP rentan terhadap berbagai serangan.

RIP versi 2

Karena kekurangan RIP asli spesifikasi, RIP versi 2 (RIPv2) dikembangkan pada tahun 1993 dan standar terakhir pada tahun 1998. Ini termasuk kemampuan untuk membawa informasi subnet, sehingga mendukung Classless Inter-Domain Routing (CIDR). Untuk menjaga kompatibilitas, maka batas hop dari 15 tetap. RIPv2 memiliki fasilitas untuk sepenuhnya beroperasi dengan spesifikasi awal jika semua protokol Harus Nol bidang dalam pesan RIPv1 benar ditentukan. Selain itu, aktifkan kompatibilitas fitur memungkinkan interoperabilitas halus penyesuaian.

Dalam upaya untuk menghindari beban yang tidak perlu host yang tidak berpartisipasi dalam routing, RIPv2 me-multicast seluruh tabel routing ke semua router yang berdekatan di alamat 224.0.0.9, sebagai lawan dari RIP yang menggunakan siaran unicast. Alamat 224.0.0.9 ini berada pada alamat IP versi 4 kelas D (range 224.0.0.0 - 239.255.255.255). Pengalamatan unicast masih diperbolehkan untuk aplikasi khusus.
(MD5) otentikasi RIP diperkenalkan pada tahun 1997.
RIPv2 adalah Standar Internet STD-56. RIPv2 berupaya untuk menghasilkan beberapa perbaikan atas RIP, yaitu dukungan untuk VLSM, menggunakan autentikasi, memberikan informasi hop berikut (next hop), dan milticast. Penambahan informasi subnet mask paa setiap route membuat outer tidak harus mengasumsikan bahwa route tersebut memiliki subnet mask yang sama dengan subnet mask yang digunakan padanya.



RIPng

RIPng (RIP Next Generation / RIP generasi berikutnya), yang didefinisikan dalam RFC 2080, adalah perluasan dari RIPv2 untuk mendukung IPv6, generasi Internet Protocol berikutnya. Perbedaan utama antara RIPv2 dan RIPng adalah :

  1. Dukungan dari jaringan IPv6. 
  2. RIPv2 mendukung otentikasi RIPv1, sedangkan RIPng tidak. IPv6 router itu, pada saat itu, seharusnya menggunakan IP Security (IPsec) untuk otentikasi.
  3. RIPv2 memungkinkan pemberian beragam tag untuk rute , sedangkan RIPng tidak;
  4. RIPv2 meng-encode hop berikutnya (next-hop) ke setiap entry route, RIPng membutuhkan penyandian (encoding) tertentu dari hop berikutnya untuk satu set entry route .
Batasan-batasan :
  1. Hop count tidak dapat melebihi 15, dalam kasus jika melebihi akan dianggap tidak sah. Hop tak hingga direpresentasikan dengan angka 16. 
  2. Sebagian besar jaringan RIP datar. Tidak ada konsep wilayah atau batas-batas dalam jaringan RIP.
  3. Variabel Length Subnet Masks tidak didukung oleh RIP IPv4 versi 1 (RIPv1). 
  4. RIP memiliki konvergensi lambat dan menghitung sampai tak terhingga masalah

BGP (Border Gateway Protocol)

BGP (Border Gateway Protocol) merupakan salah satu jenis routing protokol yang digunakan untuk koneksi antar AS (Autonomous System), dan salah satu jenis routing protokol yang banyak digunakan di ISP besar (Telkomsel) ataupun perbankan. AS number merupakan penomoran dari sekelompok router yang berada di di bawah satu administrasi, satu administrasi di sini maksudnya biasa satu ISP ataupun satu perusahaan tingkat corporate. Pemecahan sebuah daerah AS berguna untuk mengurangi jumlah informasi routing update yang dikeluarkan oleh tiap router. AS sendiri bisa terdiri dari angka 1-65ribuan. Tugas utama dari BGP adalah memberikan informasi tentang apa yang dimiliki oleh sebuah organisasi ke dunia di luar. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan pada dunia luar alamat-alamat IP apa saja yang ada dalam jaringan tersebut. Setelah dikenal dari luar, server-server, perangkat jaringan, PC-PC dan perangkat komputer lainnya yang ada dalam jaringan tersebut juga dapat dijangkau dari dunia luar. Selain itu, informasi dari luar juga dikumpulkannya untuk keperluan organisasi tersebut berkomunikasi dengan dunia luar.

Manfaat dan keunggulan dari routing protocol Internet ini dan pada kondisi yang bagaimana Anda harus menggunakan routing protocol ini. Namun, ada juga saatnya di mana routing protocol ini tidak perlu bahkan tidak boleh digunakan sama sekali. BGP memang sangat rumit dan complicated, namun justru di sinilah letak kehebatannya.

Routing protocol BGP menjadi rumit karena banyak sekali pernak-pernik yang dapat Anda atur dan harus diperhatikan jika ingin semuanya berjalan lancar. Jika mau bekerja sesuai dengan keinginan, Anda harus selalu melakukan modifikasi, tuning, perbaikan, dan terus-menerus memainkan atribut-atribut yang mengiringi jalannya routing protokol ini. Dan itupun sangat rentan terhadap masalah jika Anda tidak berhati-hati.

Kalau sudah bermasalah pasti keseluruhan akses Anda ke Internet menjadi kacau. Bukan hanya itu saja, server-server, pelanggan-pelanggan, dan semua jaringan yang ada di belakang router BGP milik Anda tidak dapat dikenali lagi dari dunia Internet. Masalah ini menjadi sangat fatal kalau jaringan yang mengandalkan router BGP ini sudah berskala besar. Maka dari itu, perlu keahlian khusus dan pengalaman yang sudah cukup banyak untuk dapat mengatur routing protocol ini.
Open Shortest Path First (OSPF)

OSPF merupakan sebuah routing protokol berjenis IGP yang hanya dapat bekerja dalam jaringan internal suatu ogranisasi atau perusahaan. Jaringan internal maksudnya adalah jaringan di mana Anda masih memiliki hak untuk menggunakan, mengatur, dan memodifikasinya. Atau dengan kata lain, Anda masih memiliki hak administrasi terhadap jaringan tersebut.

Jika Anda sudah tidak memiliki hak untuk menggunakan dan mengaturnya, maka jaringan tersebut dapat dikategorikan sebagai jaringan eksternal. Selain itu, OSPF juga merupakan routing protokol yang berstandar terbuka. Maksudnya adalah routing protokol ini bukan ciptaan dari vendor manapun. Dengan demikian, siapapun dapat menggunakannya, perangkat manapun dapat kompatibel dengannya, dan di manapun routing protokol ini dapat diimplementasikan. OSPF merupakan routing protokol yang menggunakan konsep hirarki routing, artinya OSPF membagi-bagi jaringan menjadi beberapa tingkatan. Tingkatan-tingkatan ini diwujudkan dengan menggunakan sistem pengelompokan area.

Dengan menggunakan konsep hirarki routing ini sistem penyebaran informasinya menjadi lebih teratur dan tersegmentasi, tidak menyebar ke sana ke mari dengan sembarangan. Efek dari keteraturan distribusi routing ini adalah jaringan yang penggunaan bandwidth-nya lebih efisien, lebih cepat mencapai konvergensi, dan lebih presisi dalam menentukan rute-rute terbaik menuju ke sebuah lokasi. OSPF merupakan salah satu routing protokol yang selalu berusaha untuk bekerja demikian. Teknologi yang digunakan oleh routing protokol ini adalah teknologi linkstate yang memang didesain untuk bekerja dengan sangat efisien dalam proses pengiriman update informasi rute. Hal ini membuat routing protokol OSPF menjadi sangat cocok untuk terus dikembangkan menjadi network berskala besar. Pengguna OSPF biasanya adalah para administrator jaringan berskala sedang sampai besar. Jaringan dengan jumlah router lebih dari sepuluh buah, dengan banyak lokasi-lokasi remote yang perlu juga dijangkau dari pusat, dengan jumlah pengguna jaringan lebih dari lima ratus perangkat komputer, mungkin sudah layak menggunakan routing protocol ini.

Cara OSPF Membentuk Hubungan dengan Router Lain
Untuk memulai semua aktivitas OSPF dalam menjalankan pertukaran informasi routing, hal pertama yang harus dilakukannya adalah membentuk sebuah komunikasi dengan para router lain. Router lain yang berhubungan langsung atau yang berada di dalam satu jaringan dengan router OSPF tersebut disebut dengan neighbour router atau router tetangga. Langkah pertama yang harus dilakukan sebuah router OSPF adalah harus membentuk hubungan dengan neighbor router. Router OSPF mempunyai sebuah mekanisme untuk dapat menemukan router tetangganya dan dapat membuka hubungan. Mekanisme tersebut disebut dengan istilah Hello protocol. Dalam membentuk hubungan dengan tetangganya, router OSPF akan mengirimkan sebuah paket berukuran kecil secara periodik ke dalam jaringan atau ke sebuah perangkat yang terhubung langsung dengannya. Paket kecil tersebut dinamai dengan istilah Hello packet. Pada kondisi standar, Hello packet dikirimkan berkala setiap 10 detik sekali (dalam media broadcast multiaccess) dan 30 detik sekali dalam media Point-to-Point. Hello packet berisikan informasi seputar pernak-pernik yang ada pada router pengirim. Hello packet pada umumnya dikirim dengan menggunakan multicast address untuk menuju ke semua router yang menjalankan OSPF (IP multicast 224.0.0.5). Semua router yang menjalankan OSPF pasti akan mendengarkan protocol hello ini dan juga akan mengirimkan hello packet-nya secara berkala. Cara kerja dari Hello protocol dan pembentukan neighbour router terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari jenis media di mana router OSPF berjalan.

Routing

Routing adalah proses dimana suatu router memforward paket ke jaringan yang dituju.
Router adalah perangkat yang digunakan untuk membuat untuk membuat jalur trafik jaringan. Suatu router membuat keputusan berdasarkan IP address yang dituju oleh paket. Semua router menggunakan IP address tujuan untuk mengirim paket. Agar keputusan routing tersebut benar, router harus belajar bagaimana untuk mencapai tujuan. Ketika router menggunakan routing dinamis, informasi ini dipelajari dari router yang lain. Ketika menggunakan routing statis, seorang network administrator mengkonfigurasi informasi tentang jaringan yang ingin dituju secara manual. Jika routing yang digunakan adalah statis, maka konfigurasinya harus dilakukan secara manual, administrator jaringan harus memasukkan atau menghapus rute statis jika terjadi perubahan topologi. Pada jaringan skala besar, jika tetap menggunakan routing statis, maka akan sangat membuang waktu administrator jaringan untuk melakukan update table routing. Karena itu routing statis hanya mungkin dilakukan untuk jaringan skala kecil. Sedangkan routing dinamis bias diterapkan di jaringan skala besar dan membutuhkan kemampuan lebih dari administrator.

Langkah-langkah suatu router yang membangun routing untuk dapat melakukan pembuatan jalur :
  1. Mengetahui alamat tujuan
  2. Mengenali sumber-sumber informasi
  3. Menemukan rute-rute
  4. Memilih jalur atau rute
  5. Memelihara dan memverifikasi informasi routing
Jenis Konfigurasi Routing
  1. Routing Statis
  2. Routing Dinamis

Routing Statis
Pengelolaan (mengisi/menghapus) tabel routing dilakukan secara manual. Cara kerja routing statis dapat dibagi menjadi 3 bagian :
  1. Administrator jaringan yang mengkonfigurasi router
  2. Router melakukan routing berdasarkan informasi dalam tabel routing
  3. Routing statis digunakan untuk melewatkan paket data
Langkah-langkah untuk melakukan konfigurtasi routing statis :
  1. Langkah 1 – tentukan dahulu prefix jaringan, subnet mask dan address. Address bisa saja interface local atau next hop address yang menuju tujuan.
  2. Langkah 2 – masuk ke mode global configuration
  3. Langkah 3 – ketik perintah ip route dengan prefix dam mask yang diikuti dengan address seperti yang sudah ditentukan di langkah 1. Sedangkan untuk administrative distance bersifat tambahan, boleh digunakan boleh tidak.
  4. Langkah 4 – ulangi langkah 3 untuk semua jaringan yang dituju yang telah ditentukan pada langkah 1.
  5. Langkah 5 – keluar dai mode global configuration.
  6. Langkah 6 – gunakan perintah copy running-config startup-config untuk menyimpan konfigurasi yang sedang aktif ke NVRAM.
Langkah-langkah untuk melakukan verifikasi konfigurasi routing statis :
  1. Berikan perintah show runngin-config dalam privileged mode untuk melihat konfigurasi yang sedang aktif
  2. Verifikasi routing statis yang telah dimasukkan. Jika rute tidak benar, maka diperlukan kembali lagi ke mode global config untuk menghapus routing statis yang salah dan masukkan routing yang benar
  3. Berikan perintah show ip route
  4. Verifikasi lagi, apakah table routing yang dimasukkan sudah sesuai dengan tujuan dari hasil perintah tersebut.
Keuntungan Routing Statis :
  1. Jalur routing mudah diprediksi
  2. Tidak membutuhkan proses update routing table
  3. Mudah dikonfigurasi untuk networkkecil
Kerugian Routing Statis :
  1. Tidak cocok untuk network berskala besar
  2. Tidak dapat beradaptasi terhadap penambahan router karena konfigurasi pada tiap router harus diubah
  3. Tidak dapat beradaptasi terhadap munculnya link failure pada salah satu jalur
RoutingDinamis
Mengatur rute setiap paket dengan menggunakan table routing (tersimpan pada router). Table ini akan terupdate secara otomatis melalui routing protocol. Routing protocol adalah komunikasi antara router-router. Routing protocol mengijinkan router untuk sharing informasi tentang jaringan dan koneksi antar router. Router menggunakan informasi ini untuk membangun dan memperbaiki table routingnya.
Keuntungan Routing Dinamis :
  1. Scalabilty adalah konfigurasi yang dilakukan secara dinamis apabila terdapat penambahan atau pengurangan router
  2. Adaptability adalah rute yang dapat berubah secara adaptif terhadap adanya link failure
Kerugian Routing Dinamis :
  1. Kompleksitas algoritma routing meningkat. Router menentukan rute berdasarkan brandwitdth yang tersedia, jalur terpendek, dan lain-lain.
  2. Router harus saling bertukar informasi routing secara periodik
  3. Tidak semua router mendukung routing dinamis
Contoh Routing Protocol :
  1. Routing Information Protocol (RIP) 
  2. Interior Gateway Routing Protocol (IGRP)
  3. Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP)
  4. Open Shortest Path First (OSPF)
Routed protocol 
Digunakan untuk trafik user langsung. Routed protocol menyediakan informasi yang cukup dalam layer address jaringannya untuk melewatkan paket yang akan diteruskan dari satu host ke host yang lain berdasarkan alamatnya.
Contoh Routed Protocol :
  1. Internet Protocol (IP) 
  2. Internetwork Packet Exchange (IPX)

Penerapan IP Address, Subnet Mask dan VLSM

Subnet Mask dapat mempengaruhi jumlah host yang dapat dijangkau oleh pengalamatan IP. Contohnya adalah sebuah host dengan alamat 192.168.1.5/24 dalam sebuah LAN dapat menghubungi alamat IP mulai dari IP 192.168.1.1 samapi dengan 192.168.1.254. Hal tersebut dikarenakan IP 192.168.1.5 berada dalam satu jaringan dengan IP address mulai dari 92.168.1.1 samapi dengan 192.168.1.254. Pernyataan tersebut dikuatkan oleh subnet bit "/24" dalam definisi host tersebut.

Perhitungan IP Address menggunakan metode VLSM adalah metode yang berbeda dengan memberikan suatu Network Address lebih dari satu subnet mask. Dalam penerapan IP Address menggunakan metode VLSM agar tetap dapat berkomunikasi kedalam jaringan internet sebaiknya pengelolaan networknya dapat memenuhi persyaratan :
  1. Routing protocol yang digunakan harus mampu membawa informasi mengenai notasi prefix untuk setiap rute broadcastnya (routing protocol : RIP, IGRP, EIGRP, OSPF dan lainnya, bahan bacaan lanjut protocol routing : CNAP 1-2)
  2. Semua perangkat router yang digunakan dalam jaringan harus  mendukung metode VLSM yang menggunakan algoritma penerus packet informasi.
Contoh 1:
130.20.0.0/20
Kita hitung jumlah subnet terlebih dahulu menggunakan CIDR, maka
didapat
11111111.11111111.11110000.00000000 = /20
Jumlah angka binary 1 pada 2 oktat terakhir subnet adalah4 maka
Jumlah subnet = (2x) = 24 = 16
Maka blok tiap subnetnya adalah :
Blok subnet ke 1 = 130.20.0.0/20
Blok subnet ke 2 = 130.20.16.0/20
Blok subnet ke 3 = 130.20.32.0/20
Dst… sampai dengan
Blok subnet ke 16 = 130.20.240.0/20
Selanjutnya kita ambil nilai blok ke 3 dari hasil CIDR yaitu 130.20.32.0 kemudian :
- Kita pecah menjadi 16 blok subnet, dimana nilai16 diambil dari hasil
perhitungan
subnet pertama yaitu /20 = (2x) = 24 = 16
- Selanjutnya nilai subnet di ubah tergantung kebutuhan untuk pembahasan ini kita gunakan /24, maka didapat 130.20.32.0/24 kemudian diperbanyak menjadi 16 blok lagi sehingga didapat 16 blok baru yaitu :
Blok subnet VLSM 1-1 = 130.20.32.0/24
Blok subnet VLSM 1-2 = 130.20.33.0/24
Blok subnet VLSM 1-3 = 130.20.34.0/24
Blok subnet VLSM 1-4 = 130.20.35.0/24
Dst… sampai dengan
Blok subnet VLSM 1-16 = = 130.20.47/24
- Selanjutnya kita ambil kembali nilai ke 1 dari blok subnet VLSM 1-1 yaitu
130.20.32.0 kemudian kita pecah menjadi 16:2 = 8 blok subnet lagi, namun oktat ke 4 pada Network ID yang kita ubah juga menjadi8 blok kelipatan dari 32 sehingga didapat :
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.32.0/27
Blok subnet VLSM 2-2 = 130.20.32.32/27
Blok subnet VLSM 2-3 = 130.20.33.64/27
Blok subnet VLSM 2-4 = 130.20.34.96/27
Blok subnet VLSM 2-5 = 130.20.35.128/27
Blok subnet VLSM 2-6 = 130.20.36.160/27
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.37.192/27
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.38.224/27

Pengelolaan Alamat IP (Manajemen IP)

Di Asia Pasific pengelolaan IP dilakukan oleh Asia Pasific Network Information Center (APNIC). APNIC bertugs sebagai pembagi blok nomor IP dan nomor Autonomous System (AS) kepada para ISP di kawasan Asia Pasific. Selain itu juga mengelola Authoritative Registration Server (whois) dan Reverse Domains (in-add.arpa).
Badan-yang bertugas malekukan manajeen IP selain APNIC :
  1. America Registry for Internet Number (ARIN)
  2. Reseaux IP Europeens (RIPE)
  3. African Regional Internet Registry Network Information Center (AFRINIC)
Keempat badan tersebut dipegang oleh International Assigned Number Authority (IANA).
Solusi melakukan manajemen IP yang sudah mulai kritis adalah dengan melakukan konsep antara lain :
  1. Classless Interdomain Routing (CIDR)
  2. Variabel Length Subnet Mask (VLSM)
  3. Network Address Translation (NAT)
Yang akan dibahas pada blog ini adalah tentang Variabel Length Subnet Mask (VLSM).
VLSM adalah pengembangan  mekanisme subneting dimana dalam VLSM dilakukan peningkatan dari kelemahan subneting clasic, yang mana dalam clasic subneting, subnet-zeroes, dan subnet-ones tidak bisa digunakan. Untuk melakukan pengelolaan subnet IP menggunakan metode VLSM, terlebih dahulu yang perlu dilakukan adalah dengan menghitung julah host terbanyak yang dibutuhkan. VLSM memperbaiki kekurangan metoda conventional subneting.
Contoh :
Diketahui sebuah alamat jaringan 172.16.0.0/16 dan diminta untuk menyediakan 5 buah subnet yang masing-masing memiliki 100 host, dan 3 subnet yang masing-masing memiliki 2 host. Tentukan konfigurasi jaringanya!
Penyelesaian :
  1. Untuk menyediakan minimal 100 host diperlukan 7 bit (27 – 2 = 126).
  2. Dengan demikian subnet yang dapat diambil adalah 16 – 7 = 9 bits.
  3. Dengan tersedianya 9 bit untuk dijadikan ubnet, maka secara keseluruhan total subnet yng bisa disediakan adalah  29 = 512 subnet.
  4. 1010 1100    0001 0000    0000  0000    0000 0000 = 172.16.0.0
    1010 1100    0001 0000    0000  0000    1000 0000 = 172.16.0.128
    1010 1100    0001 0000    0000  0001    0000 0000 = 172.16.1.0
    1010 1100    0001 0000    0000  0001    1000 0000 = 172.16.1.128
    1010 1100    0001 0000    0000  0010    0000 0000 = 172.16.2.0
    1010 1100    0001 0000    0000  0010    1000 0000 = 172.16.2.128
    dan seterusnya 
  5. Subnet no 1-5 digunakan untuk mengalamati sub-network yang dimaksud dalam soal. Sedangkan  untuk 3 buah subnet dengan jumlah jaringan masing-masing2 host, dapat diambil dari subnet ke 6 yaitu 172.16.2.128. Kita mengambil subnet tersebut dikarenakan subnet 1 sampai dengan subnet ke 5 sudah digunakan untuk memenuhi permintaan 5 jaringan dengan host 100 per subnet. 
  6. Dari nomot jaringan 172.16.2.128 yang mempunyai 7 bits sebagai bagian dari hoat, untuk memenuhi kebutuhan 2 host yang diminta per jaringan, maka hanya dibutuhkan 2 bit saja.
  7. 1010 1100    0001 0000    0000  0010    1000 0000 = 172.16.2.128                                                       7 bits untuk subnet berikutnya Sehingga sisa bit host (7 bit) dikurangi dengan 2 bit untuk alamat host, dengan sisa bit yang dapat digunakan untuk subnet-id adalah 5 bit.
  8. 1010 1100    0001 0000    0000  0010    1 000 0000 = 172.16.2.128
    1010 1100    0001 0000    0000  0010    1 000 0100 = 172.16.2.132
    1010 1100    0001 0000    0000  0010    1 000 1000 = 172.16.2.136
    Keterangan : 000 10 adalah Subnet-Id dan 00 adalah Host-Id

IP Address dan Subnet

IP address merupakan pengalamatan dengan panjang 32 bit yang terbagi dalam 2 bagian yaitu :
  1. Identitas jaringan (network number)
  2. Identitas host (host number)
Pengalamatan IP
Ilustrasi

¢Di dalam jaringan TCP/IP setiap terminal diidentifikasi dengan sebuah alamat IP unik.¢Kecuali Router dapat memiliki lebih dari sebuah alamat IP, karena itu disebut sebagai Multihomed Device.
 
IP Class
IP address dibagi dalam kelas-kelas untuk memudahkan proses administrasi, yaitu :
IP Address kelas A :
~Bit pertama dari IP address adalah 0
~Jadi jaringan dengan IP yang byte pertamanya : 0 – 127
~Hanya ada kurang dari 128 jaringan kelas A
~Setiap jaringan kelas A bisa mempunyai jutaan host
IP address kelas A diberikan untuk jaringan dengan jumlah host yang sangat besar. Range IP
1.xxx.xxx.xxx. – 126.xxx.xxx.xxx, terdapat 16.777.214 (16 juta) IP address pada tiap kelas A. IP address kelas A diberikan untuk jaringan dengan jumlah host yang sangat besar. Pada IP address kelas A, network ID ialah 8 bit pertama, sedangkan host ID ialah 24 bit berikutnya.
Dengan demikian, cara membaca IP address kelas A, misalnya 113.46.5.6 ialah:
Network ID = 113
Host ID = 46.5.6
Sehingga IP address diatas berarti host nomor 46.5.6 pada network nomor 113.

IP Address kelas B :
~Bit pertama dari IP address adalah 10
~Jadi jaringan dengan IP yang byte pertamanya : 128 – 191
~Terdapat ribuan jaringan kelas B
~Setiap jaringan kelas B bisa mempunyai ribuan host
IP address kelas B biasanya dialokasikan untuk jaringan berukuran sedang dan besar. Pada IP address kelas B, network ID ialah 16 bit pertama, sedangkan host ID ialah 16 bit berikutnya. Dengan demikian, cara membaca IP address kelas B, misalnya 132.92.121.1
Network ID = 132.92
Host ID = 121.1
Sehingga IP address di atas berarti host nomor 121.1 pada network nomor 132.92. dengan panjang host ID 16 bit, network dengan IP address kelas B dapat menampung sekitar 65000 host. Range IP128.0.xxx.xxx – 191.155.xxx.xxx

IP Address kelas C :
~Bit pertama dari IP address adalah 110
~Jadi jaringan dengan IP yang byte pertamanya 192 – 223
~Terdapat jutaan jaringan kelas C
~Setiap jaringan kelas C hanya mempunyai kurang dari 254 host
IP address kelas C awalnya digunakan untuk jaringan berukuran kecil (LAN). Host ID ialah 8 bit terakhir. Dengan konfigurasi ini, bisa dibentuk sekitar 2 juta network dengan masing-masing network memiliki 256 IP address. Range IP 192.0.0.xxx – 223.255.255.x.
Pengalokasian IP address pada dasarnya ialah proses memilih network Id dan host ID yang tepat untuk suatu jaringan. Tepat atau tidaknya konfigurasi ini tergantung dari tujuan yang hendak dicapai, yaitu mengalokasikan IP address seefisien mungkin.

IP Address kelas D :
~Bit pertama dari IP address adalah 111
~Nomor jaringan dengan IP yang byte pertamanya lebih dari 223
~Merupakan address yang dialokasikan untuk kepentingan khusus

IP Address kelas E :
~Bit pertama dari IP address adalah 11110
~ Merupakan address yang dialokasikan untuk Eksperimen
 
Kategori Pengalamatan IP
¢Ada 3 macam kategori pengalamatan IP, yaitu:
- Classfull Addressing (conventional) => Pengalamatan berdasarkan kelas, tanpa perlu ada subnetting.
- Subnetted Classfull Addressing => Pengalamatan dengan subnetting.
- Classless Addressing => CIDR
 
Host Address
Setiap device atau interface harus memiliki host number. Cara mengetahui adalah dengan menjumlahkan seluruh bit mulai dari semua berisi 0 s.d semua bit berisi 1 kemudian dikurangi 2.

¢SubNetting
Adalah proses membagi sebuah network menjadi beberapa Sub-network. Contoh dalam sebuah jaringan lokal yang menggunakan alamat kelas B 172.16.0.0 terdapat 65.534 host address.¢ Efisiensi pengelolaan jaringan dapat ditingkatkan dengan cara melakukan subnetting terhadap network tersebut.
¢Alasan-alasan perlunya dibentuk subnetting antara lain :
- Memudahkan pengelolaan jaringan.
- Mereduksi traffic yang disebabkan oleh broadcast maupun benturan (collision).
- Membantu pengembangan jaringan ke jarak geografis yang lebih jauh (LAN ke MAN).
Pembentukan subnet dilakukan dengan cara mengambil beberapa bit pada bagian HostId untuk dijadikan SubnetId.
Konversi Subnet-Mask
1    0    0    0    0    0    0    0 = 128
1    1    0    0    0    0    0    0 = 192
1    1    1    0    0    0    0    0 = 224
1    1    1    1    0    0    0    0 = 240
1    1    1    1    1    0    0    0 = 248
1    1    1    1    1    1    0    0 = 252
1    1    1    1    1    1    1    0 = 254
1    1    1    1    1    1    1    1 = 255
 
Menentukan Subnet-Id
Source: www.tcpipguide.com
¢Router menentukan sebuah IP address merupakan anggota dari subnet tertentu melalui proses masking seperti dalam gambar di atas. IP address¢ : 154.71.150.42 dioperasikan AND dengan subnet-mask. Didapat Subnet-Id : 18. Sedangkan IP address dari subnet tersebut adalah 154.71.144.0.
 
Contoh Kasus :
¢Sebuah jaringan dengan network-id: 192.16.9.0 akan dibagi ke dalam 3 buah subnet. Tentukan IP address untuk setiap subnet!
Penyelesaian :


No IP 192.16.9.0 adalah Kelas C, dengan host-Id berada pada 8 bit terakhir. Karena itu, subnet-id harus berada pada 8 bit terakhir.
Kebutuhan 3 subnet berarti membutuhkan sebanyak 3 bit.
Karena itu subnet-mask ditentukan:
11111111.11111111.11111111.11100000
255.     255. 255.     224 
Kombinasi subnet: 000, 001, 010, 011, 100, 101, 110, 111.
Karena itu 3 bit pertama dialokasikan untuk subnet.
192.16.9.b b b b b b b b
              subnet
Subnet
Host
Decimal
000
00000 - 11111
0-31
001
00000 – 11111
32 – 63
010
00000 – 11111
64 – 95
011
00000 – 11111
96 - 127
100
00000 – 11111
128 - 159
101
00000 – 11111
160 – 191
110
00000 – 11111
192 – 223
111
00000 - 11111
224 - 255
 
¢Kesimpulan :
  1. Jumlah subnet yang terbentuk ada 23=8. Tetapi subnet 000 dan 111 tidak dapat digunakan. Karena itu jumlah subnet yang dapat digunakan adalah: (23-2=6)
  2. Jumlah host yang terbentuk untuk masing-masing subnet 25=32. Sedang host yang dapat digunakan sebanyak 25-2=30. Host-Id 00000 dan 11111 tidak dapat digunakan.